Poto: Cover Buku Panduan Pengelolaan "SANG PURBA" Permainan Tradisional Urang Banyuasin
Banyuasin Luncurkan Panduan Sanggar Permainan Tradisional “Sang Purba” untuk Sekolah
ReformasiRI.com, Banyuasin – Kabupaten Banyuasin kembali menorehkan langkah penting dalam pelestarian budaya daerah. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyuasin resmi menerbitkan buku Panduan Pengelolaan Sanggar Permainan Tradisional Urang Banyuasin (Sang Purba), sebuah karya yang dirancang khusus untuk membimbing pengelolaan permainan tradisional di tingkat TK/PAUD, SD, hingga SMP.
Buku setebal 126 halaman yang terbagi dalam 9 bab ini terbit pada 2023, dengan sampul cerah berlatar langit biru dan awan putih. Terpampang foto Bupati Banyuasin Dr. H. Askolani, SH., MH., dan mantan Bupati Banyuasin H. Slamet Sumosentono, SH., serta ilustrasi tiga anak yang tengah bermain terompah panjang (bakiak) melangkah seirama, saling membahu, penuh tawa dan kekompakan.
Poto: Irwan P. Ratu Bangsawan, S.Pd., M.Pd., CCW, CTSSA, CPRW, Subkoordinator Sejarah dan Tradisi Dinas Pendidikan Banyuasin
Permainan Tradisional, Warisan yang Kian Terlupakan
Penulis buku, Irwan P. Ratu Bangsawan, S.Pd., M.Pd., CCW, CTSSA, CPRW, mengungkapkan bahwa karya ini terwujud berkat dukungan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyuasin, Aminuddin, S.Pd., S.IP. Ia menegaskan pentingnya menjaga permainan tradisional di tengah arus modernisasi.
“Indonesia merupakan negara yang beragam, termasuk dalam kekayaan permainan tradisionalnya,” jelas Irwan. Rabu(13/08/2025) di ruang kejanya
Ia juga mengutip pernyataan Muhammad Zaini Alif, pendiri komunitas Hong, yang telah mendata 2.500 jenis permainan tradisional di berbagai wilayah Indonesia, masing-masing dengan ciri khas tersendiri.
Namun, Irwan menyoroti bahwa banyak anak kini lebih akrab dengan layar gadget daripada lapangan bermain. Padahal, interaksi dalam permainan tradisional mampu mengasah kerja sama, kreativitas, dan keterampilan sosial—sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh permainan digital. “Jika dibiarkan, permainan tradisional akan dilupakan bahkan bisa hilang sama sekali,” tegasnya.
Bukan Kali Pertama Mengabadikan Budaya
Irwan bukan pendatang baru dalam upaya pelestarian budaya. Pada 2019, ia menerbitkan Direktori Permainan Tradisional Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan di Pangkalan Balai bersama Disporopar Banyuasin. Dua tahun kemudian, ia kembali merilis Ensiklopedia Kebudayaan Banyuasin (cetakan ketiga, edisi revisi kedua) yang diterbitkan oleh InSEK Banyuasin.
Inovasi yang Hanya Ada di Banyuasin
Kegiatan Sang Purba menjadi unik karena hanya ada di Kabupaten Banyuasin. Seluruh sekolah di wilayah ini dilibatkan, dan buku panduan ini lahir sebagai inovasi lokal tanpa campur tangan pihak luar. Nama “Sang Purba” sendiri berasal dari Sang Sapurba, raja pertama orang Melayu yang diyakini sebagai nenek moyang masyarakat Melayu, sehingga memiliki makna historis dan identitas yang kuat.
Antusiasme Masyarakat Terus Meningkat
Dalam rangka menyambut HUT RI ke-80, kegiatan Sang Purba tahun ini diikuti lebih dari 1.200 peserta dari 17 kecamatan—meningkat dibanding tahun lalu yang diikuti 1.000 peserta dari 15 kecamatan. Beragam permainan tradisional seperti bakiak, enggrang, hingga gobak sodor kembali meramaikan lapangan sekolah dan halaman desa, menghidupkan suasana kebersamaan yang mulai jarang terlihat di era modern.
Dengan terbitnya panduan resmi ini, Banyuasin menegaskan komitmennya menjaga warisan budaya sekaligus mengajarkan nilai gotong royong, sportivitas, dan kekompakan kepada generasi muda. Sang Purba bukan sekadar permainan, tetapi jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan budaya Banyuasin.
(red)